Tidak sedikit orang yang bisa kuat dan ikhlas menerima semua cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Jutsru dengan keadaan tersebut membuat meraka selalu mengeluh. Dimana dengan keadaan seperti itu tidak jarang mereka selalu menyalahkan keadaan, bahkan mereka menyalahkan Tuhan dan mencacinya. Mereka tidak memiliki semangat untuk hidup dan mereka pun beranggapan bahwa keadaan buruk yang menimpanya tersebut akan menjadikan dirinya orang yang tidak berguna dan tidak memiliki masa depan.
Bahkan anggapan-anggapan mereka pun semakin diperkuat oleh perlakukan masyarakat yang ada disekelilingnya, dimana bisanya ada beberapa orang di luar sana yang jutsru malah menganggap rendah dan memandang mereka dengan sebelah mata. Namun perlu kita ingat kondisi fisik atau kekurangan bukanlah sebuah tolak ukur kebahagiaan. Jika Tuhan telah merencanakan kebahagiaan untuk umatnya maka apapun keadaan tersebut kebahagiaan akan bisa didapatkan. Dan dalam hal ini kitalah yang harus bersabar dengan terus menerima semua cobaan yang diberikan oleh Tuhan dan menjalankannya dengan lapang dada dan hati yang ikhlas. Sesulit apapun dan seburuk apapun keadaan yang menimpa kita, tetapi itu bukan berarti kita harus terpuruk dan melupakan orang-orang yang ada disekeliling kita. Meskipun memang keadaan kita tidaklah sempurna seperti orang-orang di luar sana tetapi kita harus meyakini bahwa kita bisa berguna untuk semua orang, seperti apa yang dilakukan oleh wanita ini. Dimana mesipun dirinya ditimpa oleh cobaan tetapi dia tetap mengajar dan semangatnya dalam mengajar sangatlah besar.
Menderita penyakit langka.
Seperti yang dilansir dari shanghaiist.com, wanita yang diketahui bernama Zhu Youfang memiliki profesi sebagai seorang guru. Dari dulu wanita ini mendedikasikan dirinya untuk anak-anak dan mendidik mereka agar bisa menjadi anak yang berguna. Namun nyatanya keadaan fisik guru ini tidaklah sekuat seperti tekad yang dimilikinya. Dimana pada suatu waktu wanita yang berusia 49 tahun ini terserang oleh sebuah penyakit langka yakni Spinocerebella Ataxia atau SCA. Dimana penyakit langka tersebut mengganggu koordinasi bicara, tangan dan gerakan matanya.
Ketika mengetahui bahwa diri kita terserang oleh penyakit tentunya kita sangat terpuruk bukan? Dan mungkin keadaan yang sama dialami oleh Zhu. Tetapi ia tidak pernah terlarut-larut dalam kesedihan tersebut, sehingga meskipun didiagnosa penyakit seperti itu ia tetap menjalankan profesinya sebagai seorang guru.
Tetap mengajar meskipun keadaannya lemah.
Meskipun dalam kondisi tidak sehat, tetapi Zhu terus mengajar di sebuah sekolah tepatnya di Shangluo, Chenghui. Penyakit yang diderita oleh Zhu ini adalah penyakit genetik keturunan yang dulu juga pernah diderita oleh ayahnya. Meskipun pihak sekolah telah meminta Zhu untuk istirahat total di rumah dan pihak sekolah tetap akan menggaji dirinya penuh, tetapi Zhu menolak. Dengan fisik yang lemah Zhu tetap datang ke sekolahnya dimana sekolah tersebut tempat dirinya mengajar selama kurang lebih 31 tahun. Meskipun kita tahu bahwa keadaannya tidak memungkinkan seperti itu tetapi ia tidak pernah mengeluh, semangatnya mengajar sangatlah tinggi karena ia menganggap bahwa pekerjaan adalah tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan.
Mengajar dengan menggunakan seutas tali.
Karena kordinasi tangannya terganggu oleh sebab itulah tangannya tersebut tidak bisa berfungsi dengan normal seperti biasanya. Bahkan dengan penyakit yang menyerangnya tersebut membuat dirinya lemah dan jika tidak dijaga keseimbangannya maka ia akan terjatuh. Oleh sebab itu suami Zhu yang bekerja sebagai guru di sekolah yang sama tempat Zhu mengajar, memiliki inisiatif tersendiri agar sang istri tetap kuat ketika mengajar meskipun keadaan sang istri lemah. Dengan begitu suami Zhu tersebut mengikatkan seutas tali yang diikatkan di atas papan tulis yang biasa digunakan Zhu untuk mengajar. Karena dengan bantuan tali ini Zhu bisa menjaga keseimbangannya dan tidak akan mudah terjatuh ketika sedang mengajar.
Jika pada saat itu sang suami tidak ada jadwal untuk mengajar, maka dengan setianya ia akan mendapingi istrinya tersebut mengajar di kelas. Dengan ada dirinya di samping Zhu maka ia bisa memudahkan istrinya tersebut sekaligus menjaganya. Ia akan membantu para murid yang membutuhkan bantuan dan menjaga kondisi kelas tetap tenang.
Dengan penyakit yang menyerangnya tersebut, dari hari ke hari kondisi Zhu semkain parah. Bahkan Zhu sering kesulitan untuk berdiri, ia pun tidak bisa mengangkat tangannya dan memutar kepala pun merupakan tantangan tersendiri untuk dirinya. Bahkan jika kepalanya terasa sakit dan pusing Zhu harus beberapa kali berhenti dan istrihat untuk memijat kepalanya agar rasa pusingnya cepat pulih. Untuk melatih kedua kakinya, setiap 1 menit dalam sehari Zhu harus berjalan dengan kecepatan 1,6km/jam.
Ketika anak didiknya tahu bahwa gurunya tersebut menderita penyakit langka, mereka semua menjenguk dan mendo'akannya kesembuhan untuk Zhu. Dengan perhatian anak didiknya tersebut Zhu mengatakan bahwa dirinya sangat tersentuh. Terlebih lagi ketika semua orang yang ada disekelilingnya seperti keluarga, rekan guru, murid dan wali murid memberikan dukungan. Dengan adanya orang-orang disekitar yang menyayangi dirinya, maka ia pun semakin semangat dalam mengajar dan memantapkan niatnya untuk terus mengajar serta mendedikasikan dirinya untuk anak-anak didiknya dan yang terpenting kemampuan biacaranya masih tetap ada.
Meskipun ia memberikan sebuah cobaan tetapi kita harus tetap mensyukuri dan meyakini bahwa ia pastinya memiliki sebuah rencana indah yang mungkin tidak terduga oleh kita sebelumnya. Dan kita semua harus berterimakasih kepada Zhu karena ia telah memberikan pelajaran kepada kita untuk tetap semangat dan pantang menyerah. Tidak hanya itu dengan sikap Zhu di atas juga kita bisa belajar arti tanggung jawab yang sesungguhnya. Semoga kita semua bisa terinspirasi.
(Sumber: bisikan)
loading...